Kirab Budaya Pakasa Kudus: Mengenalkan Busana Muslim Jawa Menjelang Ramadan

oleh -982 kali dibaca
Pelaksanaan Paguyuban Kawula Keraton Surakarta (Pakasa) Kudus menggelar kirab budaya dalam rangka melestarikan nilai-nilai tradisi Islam Jawa, menjelang bulan Ramadan di Desa Margorejo, Minggu 23/02/2025 (Foto: YM)

Kudus, isknews.com – Paguyuban Kawula Keraton Surakarta (Pakasa) Kudus menggelar kirab budaya dalam rangka melestarikan nilai-nilai tradisi Islam Jawa, menjelang bulan Ramadan. Kegiatan yang berlangsung di Desa Margorejo ini diikuti ratusan peserta dan mendapat sambutan hangat dari masyarakat.

Ketua Pakasa Kudus, Kanjeng Raden Riya Arya Panembahan Didik Alap-alap Gilingwesi Singonegoro atau yang akrab disapa Pangarso, menekankan pentingnya menjaga warisan Islam Jawa.

“Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan keimanan karena menjelang bulan puasa, serta mengingatkan bahwa dahulu Keraton Surakarta adalah penerus dari Keraton Islam,” ujarnya, Minggu (23/02/2025).

Sebelum adanya Keraton Surakarta, terdapat Keraton Demak Bintoro sebagai pusat pemerintahan Islam pertama di Jawa.

“Demak Bintoro itu sendiri rajanya adalah raja Islam. Kita mengingatkan kembali bahwa budaya Islam di Jawa itu memakai jawi jangkep seperti ini, bukan jubah dan pakaian dari budaya luar,” tambahnya.

Pangarso juga menyampaikan bahwa kegiatan ini tidak hanya dilakukan di Desa Margorejo saja.

“Kami sering mengadakan acara serupa di berbagai tempat, seperti di Gondangmanis, Rendeng, dan Singocandi. Semua tergantung permintaan masyarakat,” ungkapnya.


Dalam kirab budaya ini, keluarga besar Pakasa Kudus turut membaur dengan masyarakat desa.

“Kami ingin mensosialisasikan kembali penggunaan pakaian adat Jawa, khususnya di Kudus. Apalagi sekarang ASN dan PNS sudah diwajibkan memakai pakaian adat Jawa pada hari tertentu,” tutur Pangarso

Ia menambahkan bahwa dalam tradisi pakaian adat Jawa, terdapat aturan khusus mengenai penggunaan warna dan jenis pakaian sesuai dengan jenjang kepangkatan.

“Biasanya, atela berwarna hitam adalah warna resmi, sedangkan warna lain digunakan untuk pakaian harian. Ada juga aturan tertentu dalam pemakaian blangkon,” jelasnya.

Kepala Desa Margorejo, Sumirkan, menyambut baik kegiatan ini dan berharap dapat menjadi agenda tahunan.

Kegiatan ini sudah berlangsung dua kali, dan tahun ini kembali diadakan menjelang Ramadan. (Foto: YM)

“Kegiatan ini sudah berlangsung dua kali, dan tahun ini kembali diadakan menjelang Ramadan. Kami sangat mengapresiasi karena ini adalah kegiatan positif yang memperkenalkan kembali budaya Jawa yang mungkin sudah banyak dilupakan oleh generasi muda,” katanya.

Ia juga menambahkan bahwa kirab budaya ini melibatkan banyak pihak, termasuk pemuda dan pelajar.

“Antusiasme warga sangat tinggi. Banyak pemuda dari desa kami yang ikut serta menjadi panitia, dan bahkan dari SMP 2 Dawe juga ikut memeriahkan,” ungkapnya.

Dalam kirab budaya ini, peserta mengenakan busana adat Jawa lengkap dengan atribut khas keraton.

“Nantinya akan ada kirab dengan rute sepanjang dua kilometer yang melibatkan berbagai unsur masyarakat,” jelas Sumirkan.

Pemerintah desa juga berencana mendukung kegiatan ini secara lebih luas di masa mendatang.

“Mungkin tahun depan kami akan mengagendakan kirab ini bersamaan dengan acara lain seperti Festival Durian atau kegiatan budaya lainnya agar semakin meriah,” tambahnya.

Ia berharap tradisi ini dapat terus dilestarikan dan menjadi bagian dari identitas budaya Kudus.

“Kegiatan seperti ini sangat penting agar masyarakat, terutama generasi muda, tetap mengenal dan mencintai budaya leluhur mereka,” pungkasnya. (YM/YM)

KOMENTAR SEDULUR ISK :

No More Posts Available.

No more pages to load.