Kudus, isknews.com – Dua prestasi membanggakan berhasil diraih oleh santri MA Qudsiyyah Kudus, yang mengharumkan nama madrasah di kancah nasional dan regional. Keberhasilan ini membuktikan bahwa pendidikan berbasis nilai-nilai Islam dan kearifan lokal mampu bersaing dengan pendekatan modern dalam menjawab tantangan zaman.
Pada ajang Lomba Karya Tulis Ilmiah (KTI) Nasional yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Pendidikan Geografi (HMPG) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) pada 16-17 November 2024, tim MA Qudsiyyah Kudus berhasil meraih Juara 3. Mereka mengusung karya berjudul “Gusjigang: Pondasi Dasar Pembangunan Generasi Muda yang Peduli Lingkungan di Kabupaten Kudus Pada Era 5.0”.
Tim tersebut terdiri dari Ananda Faris Syarif Hasan (Ketua) dan Anas Bahrul Huda, dengan bimbingan dari ustadz Muhammad Ulin Nuha. “Kami ingin menunjukkan bahwa kearifan lokal seperti Gusjigang bukan hanya warisan budaya, tetapi juga dapat menjadi solusi masa depan,” ujar Faris usai menerima penghargaan.
Dengan memadukan konsep lingkungan modern dan filosofi Gusjigang, karya ini menarik perhatian dewan juri karena menawarkan solusi berbasis kearifan lokal yang aplikatif dan relevan.
Sementara itu, pada tingkat regional, Santri Moh Rizal Agus Setiawan juga meraih Juara 3 dalam ajang Musabaqah Qiraatul Kutub (MQK) tingkat Jawa Tengah dan DIY yang digelar oleh Program Studi Pendidikan Bahasa Arab Universitas Negeri Semarang (PBA UNNES) dalam rangkaian acara DZIKRO 2024.
Rizal, di bawah bimbingan Ustadz Khoirul Anam, menunjukkan kemampuan membaca dan memahami kitab kuning secara mendalam, yang merupakan cerminan kuatnya tradisi keilmuan Islam di MA Qudsiyyah.
“Kitab kuning adalah bagian dari identitas keilmuan Islam yang tidak boleh hilang. Keikutsertaan kami di ajang ini bukan sekadar kompetisi, tetapi juga bentuk kontribusi untuk melestarikan tradisi literasi Islam,” ungkap Rizal.
Sementara itu, Kepala MA Qudsiyyah Kudus, ustadz Moh Ali Yahya, menegaskan bahwa capaian ini adalah buah dari komitmen madrasah untuk mengintegrasikan nilai-nilai tradisional dengan pendekatan pendidikan modern.
“Kami bangga bahwa santri kami mampu menunjukkan kemampuan di dua bidang berbeda, baik inovasi berbasis lokal maupun literasi kitab klasik. Ini adalah bukti bahwa pendidikan berbasis madrasah mampu melahirkan generasi unggul yang relevan dengan era modern,” jelasnya.
Prestasi ini tidak hanya membanggakan Kabupaten Kudus, tetapi juga menegaskan peran madrasah sebagai garda terdepan dalam melahirkan generasi muda yang unggul, berdaya saing, dan tetap berakar pada nilai-nilai keislaman serta budaya lokal. (AS/YM)