Kudus, isknews.com – Universitas Muria Kudus (UMK) melalui Tim Pengabdian Masyarakat mengembangkan potensi kayu lokal sebagai bahan baku produksi alat musik gitar. Program ini bertujuan memberdayakan pengrajin lokal dan meningkatkan nilai tambah kayu yang tumbuh subur di lereng Gunung Muria.
Indonesia dikenal sebagai negara tropis yang kaya akan sumber daya alam, termasuk jenis kayu seperti mahoni, sonokeling, gempol, dan trembesi.
Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Sugeng Slamet bersama tim sebelumnya menunjukkan bahwa kayu lokal seperti mahoni dan gempol memiliki karakteristik mekanis yang cocok untuk pembuatan alat musik modern. Kayu mahoni memiliki densitas 0,643 gr/cm3 dan kekuatan bending 87,96 MPa, sementara kayu gempol memiliki densitas 0,560 gr/cm3 dan kekuatan bending 66,50 MPa.
Melalui program kemitraan masyarakat, Tim Pengabdian UMK yang diketuai oleh Dr. Solekhan dan Dr. Sugeng Slamet melaksanakan pelatihan di Desa Japan, Kecamatan Dawe, Kudus. Pelatihan ini mencakup teknik kualifikasi kayu lokal, desain produk, serta bantuan teknologi produksi alat musik.
Selain pelatihan, tim juga memberikan pendampingan dalam pemasaran produk melalui platform digital e-market. Diharapkan, langkah ini mampu mendorong diversifikasi produk pengrajin lokal dan meningkatkan pendapatan mereka.
“Program ini merupakan bentuk kontribusi nyata UMK dalam memberdayakan masyarakat lokal melalui pemanfaatan potensi alam yang ada di sekitar kita. Kayu dari lereng Muria memiliki kualitas yang tidak kalah dengan kayu impor untuk pembuatan alat musik modern,” ujar Dr. Sugeng Slamet.
Program ini terselenggara berkat kerjasama Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian Masyarakat Dikti bersama Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) UMK tahun 2024. Tim Pengabdian UMK berharap, kegiatan ini menjadi langkah awal untuk mendorong industri alat musik berbasis kayu lokal yang berkelanjutan di Kudus dan sekitarnya. (AS/YM)