Disdukcapil: Hingga Juni 2021, Angka Kematian di Kudus Setara 70 Persen Rentang tahunan 2020

oleh -2,187 kali dibaca
Sekretaris Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kudus Putut Winarno (Foto: YM)

Kudus, isknews.com – Data angka kematian yang tercatat pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil)  Kabupaten Kudus, hingga semester partama tahun 2021 meningkat hingga mencapai 4.418 jiwa. Angka ini mengalami kenaikan berbanding tahun sebelumnya 2020 karena secara akumulasi total angka kematian hingga dua semester atau satu tahun tahun 2020 adalah 5.911. Sementara angka kelahiran relatif stabil Januari-Juni 2021 ada 7.114 bayi lahir, berjumlah lebih sedikit dibandingkan 2020 yakni 17.120.

Sekertaris Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kudus Putut Winarno menyebut memang ada peningkatan jumlah kematian pada 2021. Selama periode setengah tahun angkanya setara dengan 70 persen lebih angka kematian pada rentang tahunan 2020.

Namun dia enggan mengasosiasikan jika peningkatan jumlah kematian itu dikarenakan kematian Covid-19. Karena data yang masuk ke dukcapil hasil pelaporan dari warga. Artinya bisa jadi penyebab kematian itu sangat beragam.

“Bisa meninggal karena sakit, kecelakaan, atau yang lainnya termasuk Covid-19. Namun bisa jadi yang dilaporkan ini juga kematian pada tahun sebelumnya,” jelasnya.

Sekretaris Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kudus Putut Winarno (Foto: YM)

Tak hanya itu, tingginya angka kematian itu bisa jadi kesadaran warga untuk pelaporan administrasi. Karena data akta Kematian menurutnya berkaitan dengan kepengurusan administrasi lainnya. Seperti untuk menghentikan pembayar BPJS. Menarik perbankan, asuransi, hingga soal ahli waris.

“Bisa jadi mati tahun kemarin-kemarin dan baru diurus. Jadi tidak serta merta ini angka kematian akibat pandemi. Artinya ini tidak bisa jadi tolok ukur meninggalnya akibat pandemi,” terangnya.

Kepala Dinas Kesehatan Badai Ismoyo menyebut memang ada peningkatan angka kematian selama 2021. Termasuk yang meninggal akibat Covid-19. Selama periode (19/5) hingga (15/6) angka kematian akibat Covid-19 mencapai 440 orang.

Jumlah ini meningkat drastis bila dibandingkan tahun 2020. Hampir 80 persen dari total kematian akibat Covid-19 pada 2020. Karena selama 2020 jumlah orang meninggal karena Covid-19 hanya 500,an.

“Angka kematian sebanyak 440 itu rata-rata belum terjangkau vaksin. Hanya 20 orang saja yang terjangkau vaksin Tetapi tidak lengkap, baru tervaksin satu kali. Terlebih juga cormobid,” jelasnya.

Sejauh ini belum ada laporan jika yang tervaksin dua kali dan terjangkit Covid-19 sampai pada kasus meninggal. Artinya berkaca dari situ, Badai menyebut tingginya angka kematian itu karena belum banyak warga yang tervaksin.

Sehingga ia menambahkan jika vaksin sangat bermanfaat. Terlebih dari data yang dimiliki, terutama dari kalangan nakes, vaksinasi menjadikan angka kesembuhan di nakes tinggi. Sekaligus meminimalisasi angka penularan.

Sekalipun ada anggapan di masyarakat jika tanpa vaksin sembuh. Tetapi Badai ingin menunjukkan sebuah data. Bahwa orang yang terpapar tanpa divaksin dengan divaksin jelas berbeda-beda.

“Mereka yang divaksin biasanya gejalanya lebih ringan. Vaksin bukan tuhan, tapi ini upaya. Data secara ilmiah menunjukkan vaksinasi mengurangi angka kerentanan meninggal dan menular. Jadi kenapa kita tidak mempercayainya,” terangnya. (YM/YM)

KOMENTAR SEDULUR ISK :

No More Posts Available.

No more pages to load.