Pokdarwis Desa Jepang Mejobo Kenalkan Anak Usia Dini Cara Menganyam Bambu

oleh -2,368 kali dibaca

Kudus, isknews.com – Dalam paket wisata edukasi yang di sajikan oleh Kelompok Sadar Wisata (pokdarwis) Desa Jepang Kecamatan Mejobo telah mulai gencar dilakukan, Sebagai salah satu rintisan desa wisata di Kabupaten Kudus, Desa Jepang sejak dahulu terkenal dengan seni kerajinan anyaman bambu.

Di karenakan sebagian besar masyarakat Desa Jepang sendiri memproduksi anyaman bambu untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya, Seperti halnya membuat anyaman bambu untuk kandang ayam, tempat sampah, caping, “kurungan” dan lainnya.

Hal itu dikatakan Budi Handayani, Ketua Kelompok Sadar Wisata (pokdarwis) Desa Jepang saat di sela-sela menerima kunjungan 80 anak-anak dari RA Nurul Ilmi Bategede Nalumsari Jepara di Anjungan Rumah Adat Kudus, Museum Kretek, Minggu (17/9/17).

Dikatakan Yani, Pada kunjungan tersebut, bertempat di dalam anjungan rumah adat Kudus, Sekitar 80 anak terlihat asyik dalam pengenalan menganyam yang dipandu langsung oleh anggota pokdarwis. Sebelumnya, mereka foto bersama, mengelilingi dan melihat koleksi museum kretek dan outbond.

Dalam wisata edukasi tersebut, Yani juga menggandeng para kelompok organisasi atau komunitas yang ada di desanya untuk bergabung dibawah payung pokdarwis Desa Jepang. Seperti Komunitas Barongan, Barongsai Jadul, Leang leong naga dan lainnya. Dengan kegiatan tersebut, mereka juga mempunyai kegiatan yang positif dan penghasilan dari paket edukasi tersebut.

“Memang sengaja saya gandeng organisasi kepemudaan seperti Karang Taruna, IPNU-IPPNU, dan Komunitas yang mempunyai ide kreatif untuk mengembangkan potensi yang ada,” jelas Yani yang telah menjadi ketua pokdarwis Desa Jepang sejak tahun 2013 lalu.

Dalam perkembangannya, lanjut Yani, pemerintah desa bersama dinas terkait serta seluruh masyarakat dari dulu ingin mencanangkan paket wisata agar lebih menarik wisatawan, juga menguntungkan masyarakat setempat, dan alhamdulillah saat ini telah terwujud.

Disisi lain, Seiring berjalannya waktu, Yani mengeluhkan dalam upaya pengembangan potensi wisata itu, beberapa tantangannya adalah pola pikir para pengrajin yang masih ragu-ragu untuk membuat inovasi baru tentang usahanya. Apabila nantinya telah membuat anyaman bambu dalam bentuk lain, khawatir bahwa kerajinannya itu tidak laku dan membuat pengrajin merugi.

Diharapkan, seni kerajinan tersebut dapat berinovasi menjadi bentuk-bentuk lain yang lebih menarik. Hingga sekarang, membuat pola pikir yang lebih terbuka masih dikembangkan. Ada sebagian pengrajin pula yang telah mencoba berinovasi dengan membuat souvenir kapal berbahan dasar bambu.

Regenerasi pengrajin juga menjadi tantangan untuk pengembangan wisata budaya. Oleh karena itu, pemerintah desa berharap dengan adanya inovasi produk kerajinan bambu, ada lembaga yang dapat menampung hasil tersebut dan memasarkannya, sehingga masyarakat luar juga tahu bahwa kerajinan bambu itu menarik.

Nah, dengan ketertarikan itu nilai jual anyaman bambu dapat berangsur meningkat. Dengan peningkatan itu, maka bukan tidak mungkin bahwa generasi muda juga dapat ikut andil dalam usaha tersebut. “Sementara itu, potensi lainnya adalah festival Rebo Wekasan yang telah menjadi kearifan lokal daerah setempat,” pungkasnya (AJ)

KOMENTAR SEDULUR ISK :

No More Posts Available.

No more pages to load.