Menghidupkan Malam Nisfu Sya’ban

oleh -2,829 kali dibaca

Kudus, isknews.com – Sya’ban merupakan bulan yang di dalamnya terdapat berbagai peristiwa bersejarah. Peristiwa berpindahnya arah kiblat dari Masjidil Aqsha Palestina menuju Kabah (QS. al-Baqarah: 144) terjadi di bulan Sya’ban. Turunnya ayat yang menganjurkan untuk membaca shalawat (QS. al-Ahzab: 56) di bulan Sya’ban. Diangkatnya catatan amal manusia juga di bulan Sya’ban.

Mohammad Bahauddin, dalam artikelnya, Seperti yang telah kita ketahui bulan sya’ban terdapat banyak sekali cabang kebaikan yang diambil dari arti namanya dari kata asysya’b, maka sangat disayangkan jika kita membiarkanya terbuang percuma begitu saja tanpa melakukan amal saleh terkhusus di malam nisyfu sya’ban.

Di dalam bulan sya’ban terdapat malam yang agung, penuh berkah dan mulia, yaitu malam pertengahan (nishf) sya’ban, Allah “tampak” kepada makhluk-Nya melalui ampunan dan rahmat-Nya, Allah mengampuni bagi orang-orang yang meminta ampun terhadap-Nya, merahmati bagi orang-orang yang meminta rahmat-Nya, mengabulkan doa orang-orang yang meminta kepada-Nya, melapangkan makhluk-Nya dari kesusahan, dan mencatat rizki dan amal.

Malam nishfi sya’ban yang berarti pertengahan bulan sya’ban memiliki beberapa nama antara lain lailatul mubaarakah (malam yang diberkahi), lailatul qismah wa at-taqdiir (malam ditentukannya nasib seseorang), lailatut takfiir (malam penghapusan dosa) Imam As-Subki menyebutkan dalam menjelaskan lailatut takfir bahwa “karena dihapusnya dosa selama satu tahun, sedangkan malam jumat dihapusnya dosa selama satu minggu, dan malam qadr atau lailatul qadr dihapusnya dosa seumur hidup”. Dan masih banyak nama-nama untuk nisfi sya’ban

Banyak sekali hadits-hadits yang berbicara mengenai keutamaan nishfi sya’ban, berikut penulis paparkan beberapa hadits yang berkaitan dengan keutamaan nishf sya’ban,

Imam Ahmad meriwayatkan dari Abdillah ibn Umar radiallahu ‘anhumaa bahwasanya Rasulullah bersabda “sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla melihat (mengawasi) kepada makhluk-Nya pada malam nishfi sya’ban, kemudian Allah mengampuni hamba-hamba-Nya kecuali dua orang, yaitu orang yang bermusuhan dan orang yang membunuh orang lain”

Dari Siti Aisyah ra, Ia bercerita bahwa “aku kehilangan Nabi, kemudian aku keluar untuk mencarinya dan menemukan beliau di Baqi’ sedang menengadahkan wajahnya ke langit” lalu beliau berkata “Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla turun ke langit dunia pada malam nishfi sya’ban dan mengampuni lebih banyak dari jumlah bulu pada kambing Bani Kalb (salah satu kabilah yang punya banyak kambing). (HR At-Thabrani dan Ibnu Majah)

Dari ‘Alla ibn Harits bahwasanya Siti Aisyah radhiyallahu anha berkata “Rasulullah bangun pada malam dan melakukan shalat serta memperlama sujud, sehingga aku menyangka beliau telah diambil. Ketika beliau mengangkat kepalanya dari sujud dan selesai dari shalatnya, beliau berkata, “Wahai Asiyah –atau -Wahai Humaira’- apakah kamu menyangka bahwa Rasulullah tidak memberikan hakmu kepadamu?” Aku menjawab, “Tidak ya Rasulallah, namun Aku menyangka bahwa Anda telah dipanggil Allah karena sujud Anda lama sekali” Rasulullah SAW bersabda, “Tahukah kamu malam apa ini?” Aku menjawab, “Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui.” Beliau bersabda, “Ini adalah malam nishfu sya’ban (pertengahan bulan sya’ban). Dan Allah muncul kepada hamba-hamba-Nya di malam nisfu sya’ban dan mengampuni orang yang minta ampun, mengasihi orang yang minta dikasihi, namun menunda orang yang hasud sebagaimana perilaku mereka.” (HR Al-Baihaqi)

Di Indonesia biasanya peringatan nishfi sya’ban diisi dengan pembacaan yasin tiga kali secara berjamaah dengan niat diberi umur panjang, diberi rizki yang banyak dan barakah/berkah serta ditetapkannya iman lalu dilakukan doa bersama. Peringatan nishfi sya’ban tidak hanya dilakukan di Indonesia saja, banyak di belahan dunia lain yang memperingati malam yang mulia ini, walaupun ada juga yang tidak memperingati. Sebuah keharusan bagi tiap muslim untuk saling menghargai pendapat masing-masing, agar terjalinnya keharmonisan antara umat islam, sebagaimana yang dicontohkan oleh salaf as-shalih yang menyandarkan kebenaran hanya pada Allah.

Sebagaimana biasanya pada malam Nisfu sya’ban, banyak kita temui di beberapa masjid masyarakat Nusantara selepas shalat maghrib berjamaah, mereka bersama-sama membaca Al-Qur’an surat Yasin 3 kali, lalu berdoa dengan doa nisfu sya’ban dengan harapan agar hajatnya dikabulkan oleh Allah dan kebaikan dunia akhirat.

Amalan seperti itu tidaklah diharamkan dalam agama, karena masuk dalam kategori bertawasshul dengan amal salih. Sebagaimana dijelaskan oleh Sayyid Muhammad bin Alawi al Maliki al Hasani rahimahullah dalam kitabnya yg khusus membahas tntang bulan Sya’ban berjudul ” Syahru Sya’ban Maadza Fiiha “, Beliau mengatakan: Membaca surah yasin dengan niat meminta kebaikan dunia dan akhirat atau membaca al quran seluruhnya sampai khatam semua itu tidak diharamkan juga tidak dilarang.

Ada sebagian kalangan yang menganggap bahwa amalan seperti itu adalah haram, dilarang. Mereka mengatakan: Orang-orang awam apa yg mereka lakukan mulai dari membaca surah yasin 3 kali, satu kali agar niat panjang umur disertai kemampuan untuk taat. Kedua kali dengan niat agar dijaga dari keburukan dan dilapangkan rezekinya, ketiga kali dengan niat agar hati menjadi tenang tentram dan husnul khatimah. Kemudian melakukan shalat hajat disela sela doa. Dikatakan bahwa semua itu adalah tidak ada dasarnya dan tidak sah shalat kecuali dengan niat ikhlas kepada Allah bukan semata mata tujuan tertentu.

Maka aku menjawab: sesungguhnya tuduhan seperti ini dengan sendirinya bathil (tidak benar). Dugaan seperti ini akan menutupi karunia Allah dan rahmatnya. Dan yang benar adalah amalan seperti ini tidaklah di larang sama sekali selamanya. Mulai dari membaca Al-Quran, wirid-wirid zikir, doa-doa untuk tujuan bersifat duniawiah atau permintaan setiap orang, hajat-hajat, dan cita-cita setelah mengikhlaskan niat kepada Allah pada semua itu. Maka adapun syaratnya adalah Ikhlasnya niat melakukan karena Allah SWT. Dan niat ini memang dituntut di segala ibadah dan perbuatan mulai dari shalat, zakat, haji, berjihad, berdoa, dan membaca al quran. Maka sahnya amal harus dibarengi niat ikhlas kepada Allah SWT. Dan ini memang dituntut tidak dikhilafkan didalamnya. Bahkan jika suatu amalan tidak dibarengi ikhlas karena Allah maka ia tertolak sebagaimana firman Allah :

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّين … الآية
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama. (QS. Al bayyinah : 5)

Akan tetapi tidak ada yang melarang seseorang menambahkan pada amalnya beserta niat ikhlas kepada Allah juga permintaan-permintaan atau hajat-hajatnya yang bersifat agama dan duniawiah, materi ataupun tidak materi, yang tampak ataupun yang bathin. Dan siapa saja yg membaca surah Yasin atau lainnya dari surah-surah al quran lillah ta’aala mengharap keberkahan di dalam umurnya, keberkahan didalam hartanya, keberkahan didalam sehatnya, maka sesungguhnya semua itu tidak berdosa baginya melakukannya. Karena ia menempuh jalan kebaikan dengan syarat tidak meyakini amalan tersebut secara khusus disyariatkan. Maka ia membaca surah Yasin tiga 3 kali, 30 kali atau 300 kali, bahkan ia membaca Al-Quran sampai khatampun ikhlas karna Allah SWT. Serta mengharap hajatnya dikabulkan, keinginannya ditunaikan, kesusahannya dihilangkan, penyakitnya disembuhkan dan hutang-hutangnya dilunaskan.

Maka apa semua itu pantas dianggap berdosa sedangkan Allah menyukai hamba yang meminta-minta kepadanya segala sesuatu? Maka ia hadapkan kepada Allah dengan bacaan surah yasin atau sholawat kepada nabi SAW. Tidaklah itu melainkan hanya sebagai perantara dalam bertawassul dengan Amal amal saleh. Dan tiada seorangpun dari umat islam yang mengkhilafkan tawassul dengan amal saleh. Maka siapa saja yang ia berpuasa, sembahyang atau membaca Al-Qur’an dan bershodaqoh maka sesungguhnya ia bertawasshul dengan shalatnya, puasanya, bacaanya dan sedekahnya. Bahkan ia lebih diaharapkan dikabulakan.

Sebagaimana dalam hadits Sahih, hadits yang menceritakan tiga orang yang terjebak didalam Gua. Lalu satu orang bertawashul dengan perbuatan baiknya dengan orang tua, yang kedua bertwashul dengan menjauhi perbuatan buruk, dan yang ketiga bertwashul dengan amanahnya dengan menjaga harta orang lain dan menunaikannya dengan sempurna. Kemudian Allah mengabulkan doa mereka sehingga mereka terbeaskan dari gua tersebut. Inilah satu macam dari Tawassul yang mana oleh ibnu Taimiyah dijelaskan secara rinci dalam kitabnya ” Qaa’idah jaliilah fit tawassul wal wasiilah “.

Beberapa ulama, misalnya al-Hafidz Ibnu Rajab al-Hanbali menyebutkan bahwa amaliyah Malam Nishfu Sya’ban pertama kali dilakukan oleh kalangan Tabiin di Syam, seperti Luqman bin Amir, Makhul dan sebagainya (Lathaif al-Ma’arif). Namun sebenarnya kalangan sahabat sudah mengetahui keagungan malam Nishfu Sya’ban, sebagaimana riwayat berikut:

قال الواقدي: وكان في هذه السرية مع عبد الله بن جعفر واثلة بن الأسقع وكان خروجهم من أرض الشام وهي دمشق إلى دير أبي القدس في ليلة النصف من شعبان وكان القمر زائد النور. وقال وأنا إلى جانب عبد الله بن جعفر. فقال لي: يا ابن الأسقع ما أحسن قمر هذه الليلة وأنواره، فقلت: يا ابن عم رسول الله هذه ليلة النصف من شعبان وهي ليلة مباركة عظيمة وفي تكتب الأرزاق والآجال وتغفر  فيها الذنوب والسيئات وكنت أردت أن أقومها. فقلت: إن سيرنا في سبل الله خير من قيامها والله جزيل العطاء. فقال : صدقت (فتوح الشام – ج 1/ ص. 73).
Al-Waqidi berkata: “Di dalam pasukan ini bersama Abdullah bin Ja’far (bin Abdul Mutallib) ada Watsilah bin Asqa’. Kedatangan mereka ke Syam, yakni Damaskus ke daerah Abi Quds, adalah di malam Nishfu Sya’ban. Rembulan makin bersinar. Watsilah berkata: Saya berada di dekat Abdullah bin Ja’far. Ia berkata kepada saya: “Wahai putra Asqa’, betapa indahnya dan bersinarnya rembulan malam ini”. Saya berkata: “Wahai sepupu Rasulullah . Ini adalah malam Nishfu Sya’ban, malam yang diberkahi nan agung. Di malam inilah rezeki dan ajal akan dicatat. Di malam ini pula dosa dan kejelekan akan diampuni. Saya ingin  beribadah di malam ini”. Saya berkata: “Perjalanan kita di jalan Allah (perang) lebih baih dari pada beribadah di malamnya. Allah maha agung pemberiannya”. Abdullah bin Ja’far berkata: “Kamu benar” (al-Waqidi2 dalam Futuh asy-Syam 1/74)

Secara jelas dalam riwayat ini para sahabat sudah punya rencana untuk melakukan amaliyah di malam Nishfu Sya’ban. Namun karena para sahabat harus berperang untuk penaklukan negeri Syam, maka mereka mendahulukan Jihad. Kendati para sahabat belum melakukannya, namun melakukan amaliyah ini bukan kategori bid’ah. Sama seperti sunah ‘azm (rencana kuat) dari Rasulullah untuk berpuasa pada hari Tasua’ (9 Muharram), namun Nabi wafat terlebih dahulu: “Sungguh jika aku masih hidup sampai tahun depan, maka aku akan berpuasa pada hari kesembilan” (HR Muslim)

Apakah hanya 2 sahabat saja? Ternyata yang tergabung dalam pasukan tersebut terdiri dari beberapa sahabat besar:

وكان على الخيل خمسمائة فارس منهم رجال من أهل بدر، وكان من جملة من سيره مع عبد الله أبو ذر الغفاري وعبد الله بن أبي أوفي وعامر بن ربيعة وعبد الله بن أنيس وعبد الله بن ثعلبة وعقبة بن عبد الله السلمي وواثلة بن الأسقع وسهل بن سعد وعبد الله بن بشر والسائب بن يزيد (فتوح الشام –ج 1/ ص. 72)
“Pasukan berkuda terdiri dari 500 orang, diantaranya adalah para sahabat yang mengikuti perang Badar. Diantara yang menyertai perjalanan Abdullah bin Ja’far adalah Abu Dzar al-Ghifari, Abdullah bin Abi Aufa, Amir bin Rabiah, Abdullah bin Anis, Abdullah bin Tsa’labah, Uqbah bin Abdillah as-Sulami, Watsilah bin Asqa’, Sahal bin Sa’d, Abdullah bin Bisyr dan Saib bin Yazid” (Futuh asy-Syam 1/72)

Dengan ini jelas sudah amalan nisfu sya’ban termasuk amalan yang dibolehkan bahkan dianjurkan dalam agama, bertawassul dengan amal-amal saleh. Malah disunnahkan pengerjaan amalan sholeh demikian ditekankan pada malam nisyfu sya’ban. Dalam kitab at-Targhib diriwayatkan oleh Muad bin Jabal bahwa Nabi bersabda ada 5 malam yang jika dihidupkan dengan amalan-amalan maka pahalanya adalah surga, malam itu salah satunya adalah malam nisyfu sya’ban, sedangkan yang lain adalah malam arofah, tarwiyah, malam idul adha, dan malam idul fitri:

عن معاذ بن جبل قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: من أحيا الليالي الخمس، وجبت له الجنة: ليلة التروية، وليلة عرفة، وليلة النحر، وليلة الفطر، وليلة النصف من شعبان
Dalam riwayat laian bahwa terdapat 5 malam yang dimana doa tidak akan ditolak pada malam tersebut yakni malam jumuah, awal malam rajab, malam nisyfu sya’ban, malam idul fitri dan malam idul adha.

روي عن ابن عمر رضي الله تعالى عنهما قال: “خمس ليال لا يرد فيهن الدعاء: ليلة الجمعة، وأول ليلة من رجب، وليلة النصف من شعبان، وليلة القدر، وليلتا العيدين.
Malam nishfu sya’ban dapat dikategorikan sebagai salah satu malam yang baik untuk beribadat dan berdoa dikarenakan keumuman dalil dimana setiap malam ada satu saat yang mustajabah doa.

Rasulullah SAW bersabda :

عَنْ جَابِرٍ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ فِي اللَّيْلِ لَسَاعَةً لَا يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللَّهَ خَيْرًا إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ وَذَلِكَ كُلَّ لَيْلَةٍ.

Dari Jabir, beliau berkata : “Saya mendengar Rasulullah SAW berkata bahwa dalam setiap malam terdapat satu waktu yang tidak ada hamba muslim berbetulan dengan nya dimana ia meminta kebaikan kepada Allah SWT melainkan Allah SWT mengabulkan permintaannya, dan hal tersebut pada setiap malam”. (HR. Imam Muslim)

Selain itu, banyak juga dalil-dalil khusus yang menunjuki kelebihan malam nishfu Sya’ban walaupun sebagian hadits tersebut dha’if, namun sebagiannya juga dianggap shahih oleh Imam Ibnu Hibban dan sebagian lainnya dikuatkan dengan adanya periwayatan pada thariq-thariq yang lain yang berfungsi sebagai muttabi’ dan syawahid sehingga beberapa hadits tersebut naik derajatnya menjadi hasan. Lagipula, hadits dha’if boleh diamalkan untuk fadhail-a’mal dengan catatan tidak terlalu dha’if. Bahkan Imam al-Ramli mengatakan bahwa Imam al-Nawawi dalam beberapa karangan beliau menceritakan tentang  adanya ijma’ ulama tentang kebolehan beramal dengan hadits dha’if pada permasalahan fadhail-a’mal (keutamaan beramal). Selanjutnya, Imam Husain Muhammad ‘Ali Makhlul al-‘Adawy mengatakan bahwa hadits-hadits tentang kelebihan malam nishfu Sya’ban serta kelebihan menghidupkan malam tersebut merupakan hadits yang boleh di amalkan pada fadhail-a’mal.

Diantara dalil-dalil khusus tersebut antara lain :

· Hadits riwayat Imam al-Thabrani dan Imam Ibnu Hibban :

يطلع الله إلى جميع خلقه ليلة النصف من شعبان ويغفر لجميع خلقه إلا لمشرك أو مشاحن (رواه الطبراني وابن حبان في صحيحه)
“Aollah SWT memandang sekalian makhluk-Nya pada malam nishfu Sya’ban dan Allah SWT mengampuni sekalian makhluknya kecuali yang musyrik dan yang memiliki dendam”.

· Hadits riwayat Imam Ibnu Majah :

عن علي عن النبي صلى الله عليه وسلم إذا كان ليلة نصف شعبان فقوموا ليلها وصوموا نهارها فإن الله تعالى ينزل فيها لغروب الشمس إلى السماء الدنيا فيقول: ألا مستغفر فأغفر له ألا مسترزق فأرزقه ألا مبتلي فأعافيه ألا كذا ألا كذا حتى يطلع الفجر.
“Apabila tiba malam nishfu Sya’ban maka shalatlah pada malam harinya dan berpuasalah pada siang harinya, karena (rahmat) Allah SWT akan turun ke langit dunia pada saat tersebut sejak terbenam matahari dan Allah SWT berfirman : “Adakah ada orang yang meminta ampun, maka akan Aku ampunkan, adakah yang meminta rezeki, maka akan Ku berikan rezeki untuknya, adakah orang yang terkena musibah maka akan Aku lindungi, adakah sedemikian, adakah sedemikian, hingga terbit fajar”.

· Hadits riwayat ‘Aisyah:

عن عائشة رضي الله عنها قالت فقدت النبي صلى الله عليه وسلم فخرجت فإذا هو بالبقيع رافعا رأسه إلى السماء فقال: أكنت تخافين أن يحيف الله عليك ورسوله فقلت يا رسول الله ظننت أنك أتيت بعض نسائك فقال: إن الله تبارك وتعالى ينزل ليلة النصف من شعبان إلى السماء الدنيا فيغفر لأكثر من عدد شعر غنم كلب
“Berkatalah ‘Aisyah :”Saya kehilangan Rasulullah SAW, tiba-tiba beliau berada di Baqi’ sambil mengangkat kepala ke langit”. Beliau berkata: “Apakah engkau takut engkau dizalimi oleh Allah dan Rasul-Nya?” Saya menjawab: “Ya Rasulullah, saya menyangka engkau mendatangi sebagian istri engkau”. Beliau berkata : “Sesungguhnya Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi turun pada malam nishfu Sya’ban ke langit dunia, maka Allah SWT mengampunkannya lebih banyak dari bulu domba Bani Kalab”. (HR. Imam Ahmad)

· Hadits riwayat Imam al-Baihaqi :
هل تدرين ما في هذه الليلة؟ قالت: ما فيها يا رسول الله؟ فقال: فيها أن يكتب كل مولود من بني آدم في هذه السنة، وفيها أن يكتب كل هالك من بني آدم في هذه السنة، وفيها ترفع أعمالهم، وفيها تنزل أرزاقهم…
“Rasululah berkata :”Adakah kamu ketahui kejadian pada malam ini?” ‘Aisyah menjawab :”Apa yang terjadi pada malam ini, ya Rasulullah?” Beliau menjawab :”Pada malam ini dituliskan semua anak yang akan lahir pada tahun ini dari keturunan Adam, pada malam ini dituliskan semua orang yang akan mati pada tahun ini, pada malam ini diangkat amalan manusia dan pada malam ini diturunkan rezeki mereka…”.

Selanjutnya, para ulama juga berkomentar tentang kelebihan malam nishfu Sya’ban, diantaranya adalah :

· Riwayat yang menceritakan bahwa ‘Umar bin Abdul Aziz mengirim surat kepada pegawai beliau di Bashrah:

عليك بأربع ليال من السنة فإن الله يفرغ فيهن الرحمة إفراغا أول ليلة من رجب وليلة النصف من شعبان وليلة الفطر وليلة الأضحى.
“Lazimkanlah empat malam dalam setahun karena sesungguhnya Allah memenuhi padanya dengan rahmat Nya, yaitu awal malam dari Rajab, malam nishfu Sya’ban, malam ‘idul-fithri, malam ‘idul-adha”.

· Imam al-Syafi’i mengatakan:

بلغنا أنه كان يقال إن الدعاء يستجاب في خمس ليال في ليلة الجمعة وليلة الأضحى وليلة الفطر وأول ليلة من رجب وليلة النصف من شعبان.
“Telah sampai riwayat kepada kami bahwa dikatakan do`a dikabulkan pada lima malam, yaitu pada malam Jum`at, malam hari raya adha, malam hari raya fithri, awal malam bulan Rajab dan malam nishfu Sya`ban”.

· Imam il-Taqi al-Subki mengatakan:

أن احياء ليلة النصف من شعبان يكفر ذنوب السنة وليلة جمعة تكفر ذنوب الأسبوع وليلة القدر تكفر ذنوب العمر.
“Menghidupkan malam nishfu Sya’ban diampunkan dosa setahun, menghidupkan malam Jum’at diampunkan dosa seminggu dan menghidupkan malam Qadar di ampunkan dosa seumur hidup”.

Dan masih banyak lagi keterangan para ulama tentang kelebihan malam nishfu Sya’ban, bahkan Ibnu Taimiyah sekalipun mengakui kelebihan beramal dan berkumpul untuk beribadat pada malam nishfu Sya’ban walaupun terdapat beberapa hadits maudhu’ tentang hal tersebut.

Adapun amalan-amalan pada nisyfu sya’ban adalah sebagai berikut:

*1. Puasa Nisfu Syaban*

سُئِلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الصَّوْمِ أَفْضَلُ بَعْدَ رَمَضَانَ فَقَالَ شَعْبَانُ لِتَعْظِيمِ رَمَضَانَ قِيلَ فَأَيُّ الصَّدَقَةِ أَفْضَلُ قَالَ صَدَقَةٌ فِي رَمَضَانَ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ وَصَدَقَةُ بْنُ مُوسَى لَيْسَ عِنْدَهُمْ بِذَاكَ الْقَوِيِّ
Artinya: “Suatu ketika Rasulullah ditanya mengenai puasa yang lebih utama setelah ramadhan, Rasul pun menjawab “sya’ban” dan berkata “karena untuk mengagungkan ramadhan” kemudian Rasul juga ditanya mengenai sedekah yang paling utama, beliau pun menjawab “sedekah di bulan ramadhan”

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لَا يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لَا يَصُومُ فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلَّا رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ
Artinya : Dari Siti Aisyah ra berkata: “Rasulullah berpuasa hingga kami menyangka Ia berbuka, dan berbuka hingga kami menyangka Ia tidak berpuasa dan aku tidak pernah melihat Rasul menyempurnakan puasanya satu bulan penuh kecuali di bulan ramadhan dan aku tidak pernah melihat Rasul memperbanyak puasanya dari pada berpuasa di bulan sya’ban” (HR. Bukhori, Muslim, dan Abu Dawud)

قال: يا رسول الله لم أرك تصوم من شهر من الشهور ما تصوم من شعبان! قال: ذلك شهر يغفل الناس عنه بين رجب ورمضان وهو شهر ترفع فيه الأعمال إلى رب العالمين، وأحب أن يرفع عملي وأنا صائم. (رواه النسائي)
“wahai Rasulullah aku tidak pernah melihatmu berpuasa di bulan-bulan lain seperti di bulan sya’ban” mendengar perkataan Usamah lalu Rasulullah pun menjawab “Demikian (bulan sya’ban) adalah bulan yang terletak antara rajab dan ramadhan, manusia biasanya lalai akan sya’ban, dia (sya’ban) merupakan bulan dimana amal-amal diangkat kepada Tuhan alam semesta, aku menyukai diangkatnya amalku sedangkan aku dalam keadaan berpuasa” .

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ. قَالَتْ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَحَبُّ الشُّهُورِ إِلَيْكَ أنْ تَصُومَهُ شَعْبَانُ؟ قَالَ: إنَّ اللهَ يَكْتُبُ فِيهِ عَلَى كُلِّ نَفْسٍ مَيْتَةً تِلْكَ السَّنَةَ, فَأُحِبُّ أنْ يَأْتِيَنِي أجَلِي وَأنَا صَائِمٌ. (رَوَاهُ أبُو يَعْلَى، وَهُوَ غَرِيبٌ وَإسْنَادُهُ حَسَنٌ)
Artinya: “Sungguh Nabi Saw telah memuasai bulan Sya’ban seluruhnya. ‘Aisyah bertanya: “Wahai Rasulullah! Apakah bulan yang paling membuat senang untuk anda puasai adalah bulan Sya’ban?” Beliau menjawab: “Sungguh dalam bulan Sya’ban Allah telah memutuskan kematian bagi setiap manusia, maka aku senang ajalku tiba (diputuskan) di saat aku dalam kondisi berpuasa.” (HR. Abu Ya’la, hadits ini adalah hadits gharib, dan sanadnya hasan)

كَانَ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ وَلَا يَفْطُرُ حَتَّى نَقُولَ: مَا فِي نَفْسِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أنْ يَفْطُرَ الْعَامَ، ثُمَّ يَفْطُرُ فَلَا يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ: مَا فِي نَفْسِهِ أنْ يَصُومَ الْعَامَ. وَكَانَ أَحَبُّ الصَّوْمِ إلَيْهِ فِي شَعْبَانَ
Artinya “Rasulullah Saw berpuasa, kemudian tidak berbuka sehingga kami katakan: Tidaklah diri Rasulullah Saw akan berbuka (tidak berpuasa selama) setahun ini, lalu beliau berbuka dan tidak berpuasa sehingga kami berkata:  “Tidaklah dirinya akan berpuasa selama setahun ini. Dan puasa yang paling menyenangkan beliau adalah puasa di bulan Sya’ban.”  (HR. Ahmad dan ath-Thabarani )

وأما صيام يوم النصف منه فغير منهي عنه فإنه من جملة أيام البيض الغر المندوب إلى صيامها من كل شهر وقد ورد الأمر بصيامه من شعبان بخصوصه ففي سنن ابن ماجة عن علي عن النبي صلى الله عليه وسلم : “إذا كانت ليلة النصف من شعبان فقوموا ليلها وصوموا يومها فإن الله ينزل فيها لغروب الشمس إلى سماء الدنيا فيقول ألا من مستغفر فأغفر له ألا مسترزق فأرزقه ألا مبتلى فأعافيه ألا كذا ألا كذا حتي يطلع الفجر” (لطائف المعارف – ج 1/ ص. 151).

Puasa pada hari Nishfu Sya’ban tidaklah dilarang. Sebab termasuk hari-hari purnama (tanggal 13-14-15 Hijriyah) yang dianjurkan untuk berpuasa di setiap bulan. Sungguh telah ada perintah puasa pada pertengahan Sya’ban secara khusus. Diriwayatkan dari Ali, dari Nabi : “Jika ada malam Nishfu Sya’ban maka ibadahlah di malamnya dan puasalah di siang harinya. Sebab (rahmat) Allah turun di malam itu sejak terbenam matahari ke langit yang paling dekat. Allah berfirman: “Adakah yang meminta ampunan maka Aku ampuni dia, adakah yang minta rezeki maka Aku beri dia rezeki, adakah orang yang diberi musibah maka Aku sembuhkan, dan bentuk permintaan-permintaan yang lain, hingga terbit fajar” (Lathaif Al-ma’arif 1/151)

Terkait dengan dalil yang melarangnya maka telah dijawab oleh para ulama. Jadi tidak perlu takut dicibir ya:

عن أبي هريرة مرفوعا {إذا انتصف شعبان فلا تصوموا} أخرجه أصحاب السنن وصححه ابن حبان وغيره.وقال جمهور العلماء: يجوز الصوم بعد النصف من شعبان. (نيل الأوطار- ج 7 / ص. 180)
Dari Abu Hurairah secara marfu’: “Jika Sya’ban telah mencapai pertengahan, maka janganlah kalian berpuasa” Diriwayatkan oleh para ulama pengarang kitab As-Sunan (Sunan Abi Dawud, Sunan An-Nasai, Sunan At-Tirmidzi dan Sunan Ibni Majah), dan dinilai sahih oleh Ibnu Hibban. Mayoritas ulama membolehkan puasa sunah setelah separuh Sya’ban.

*2. Membaca Yasin di Malam Nishfu Sya’ban*

Dalam kitab Mujribat yang dikarang oleh al-Allamah Ad-Dairaby bahwa salah satu amalan dimalam nisyfu sya’ban adalah membaca surat yasin 3 kali dengan niat:

a) Surat Yassin yang pertama dibaca utk memohon panjang umur (yg barokah) dan ketaatan/ketaqwaan serta dapat istiqomah kepada Allah SWT.

b) Surat Yassin yang kedua dibaca utk memohon dijauhkan dari segala bentuk musibah, fitnah, bala/marabahaya lahir batin.

c) Surat Yassin yang ketiga dibaca untuk memohon sugih hati/ kaya hati yg lngsung dari allah tdk mudah meminta2 pada selain allah serta ditetapkan Iman Islam sampai akhir hayat.

وقال العلامة الديربي في “مجرباته” (ومن خواص “سورة يس” –كما قال بعضهم- أن تقرأها ليلة النصف من شعبان “ثلاث مرات”: الأولى بنية طول العمر، والثانية بنية دفع البلاء، والثالث بنية الإستغناء عن الناس.
“Adapun pembacaan surat Yasin pada malam Nishfu Sya’ban setelah Maghrib merupakan hasil ijtihad sebagian ulama, konon ia adalah Syeikh Al Buni, dan hal itu bukanlah suatu hal yang buruk”. (Syaikh Muhammad bin Darwisy, Asná al-Mathálib, 234)

وأما قراءة سورة يس ليلتها بعد المغرب والدعاء المشهور فمن ترتيب بعض أهل الصلاح من عند نفسه قيل هو البوني ولا بأس بمثل ذلك (أسنى المطالب في أحاديث مختلفة المراتب ص. 234).

*3. Doa Malam Nishfu Sya’ban*

Mufti Al-Azhar, Mesir, Syekh Athiyah Shaqr, menjelaskan tentang doa yang akan dibaca pada malam nisyfu sya’ban dimana doa ini bukan dari Nabi . Sebagian ulama berkata bahwa doa tersebut diriwayatkan dari dua sahabat yang agung dengan sanad yang sahih, Umar bin Khattab da Abdullah bin Masud. Sedangkan Umar adalah salah satu Khalifah yang kita diperintah untuk mengikuti sunahnya. Nabi juga menjelaskan agar mengikuti Umar dan Abu Bakar dalam hadis lain. Dan para Sahabat Nabi laksana bintangbintang untuk diikuti, seperti yang terdapat dalam hadis yang dapat diamalkan dalam masalah keutamaan amal” (Fatawa Al-Azhar 10/131) doa tersebut adalah:

اَللَّهُمَّ يَاذَا الْمَنِّ وَلاَ يُمَنُّ عَلَيْهِ، يَاذَاالْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ، يَاذَا الطَّوْلِ وَاْلإِنْعَامِ، لآ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ ظَهْرَ اللاَّجِيْنَ، وَجَارَ الْمُسْتَجِيْرِيْنَ، وَمَأْمَنَ الْخَائِفِيْنَ. اَللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ كَتَبْتَنِيْ عِنْدَكَ فِيْ أُمِّ الْكِتَابِ شَقِيًّا أَوْ مَحْرُوْمًا أَوْ مَطْرُوْدًا أَوْ مُقَتَّرًا عَلَيَّ فِي الرِّزْقِ فَامْحُ مِنْ أُمِّ الْكِتَابِ شَقَاوَتِيْ وَحِرْمَانِيْ وَتَقْتِيْرَ رِزْقِيْ، وَأَثْبِتْنِيْ عِنْدَكَ سَعِيْدًا مَرْزُوْقًا مُوَفَّقًا لِلْخَيْرَاتِ، فَإِنَّكَ قُلْتَ وَقَوْلُكَ الْحَقُّ فِيْ كِتَابِكَ الْمُنْزَلِ عَلَى لِسَانِ نَبِيِّكَ الْمُرْسَلِ (يَمْحُو اللهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الْكِتَابِ).

Sedangkan disini penulis (Mohammad Bahauddin) akan membagi doa yang dibaca setelah membaca yasin menjadi 6 versi (pilih salah satu saja) dan sebaiknya dibaca 10 kali (menurut imam dairobi):

1) اَللَّهُمَّ يَا ذَا الْمَنِّ وَلَا يُمَنُّ عَلَيْهِ يَا ذَا اْلجَلَالِ وَاْلِإكْرَامِ يَا ذَا الطَّوْلِ وَلْإِنْعَامِ لَا إِلهِ إِلاَّ أَنْتَ ظَهَرَ اللاَّجِيْنَ، وَجَارَ الْمُسْتَجِيْرِيْنَ، وَأَمَانَ الْخَائِفِيْنَ. اَللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ كَتَبْتَنِيْ عِنْدَكَ فِي أُمِّ الْكِتَابِ شَقِيًّا أَوْ مَحرُوْمًا أَوْ مَطْرُوْدًا أَوْ مُقْتَرًّا عَلَيَّ فِي الرِّزْقِ فَامْحُ اللَّهُمَّ بِفَضْلِكَ شَقَاوَتِي وَحِرْمَانِيْ وَطَرْدِيْ وَإِقْتَارَ رِزْقِـيْ، وَأَثْبِتْنِيْ عِنْدَكَ فِي أُمِّ الْكِتَابِ سَعِيْدًا مَرْزُوْقًا مُوَفَّقًا لِلْخَيْرَاتِ، فَإِنَّكَ قُلْتَ وَقَوْلُكَ الْحقُّ فِي كِتَابِكَ الْمُنَزَّلِ، عَلَى لِسَانِ نَبِيِّكَ الْمُرْسَلِ، يَمْحُوْ اللهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الْكِتَابِ، إِلِهيْ بِالتَّجَلِّي اْلأَعْظَمِ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ الْمُكَرَّمِ اَلَّتِي يُفرَقُ فِيْهَا كُلُّ أَمْرٍ حَكِيْمٍ وَيُبْرَمُ. أَسْأَلُكَ أَنْ تَكْشِفَ عَنَّا مِنَ الْبَلَاءِ مَا نَعْلمُ وَمَا لَا نَعْلَمُ، وَمَا أَنْتَ بِهِ أَعْلَمُ، إِنَكَ أَنْتَ الأَعَزُّ الْأَكْرَمُ، وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

2) إلَهِيْ جُوْدُكَ دَلَّنِيْ عَلَيْكَ، وَإِحْسَانُكَ قَرَّبَنِيْ إِلَيْكَ، أَشْكُوْ إِلَيْكَ مَا لَا يَخْفَى عَلَيْكَ، وَأَسْأَلُكَ مَا لَا يَعْسُرُ عَلَيْكَ، إِذْ عِلْمُكَ بِحَالِيْ يَكْفِيْ عَنْ سُؤَالِيْ، يَا مُفَرِّجَ كَرْبِ الْمَكْرُوْبِيْنَ فَرِّجْ عَنِّيْ مَا أَنَا فِيْهِ، لَا إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّيْ كُنْتُ مِنْ الظَّالِيْمِنِ، فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَنَجَّيْناَهُ مِنَ الْغَمِّ وَكَذَلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِيْنَ. اَللَّهُمَّ يَا ذَا الْمَنِّ وَلَا يُمَنُّ عَلَيْهِ يَا ذَا اْلجَلَالِ وَاْلِإكْرَامِ يَا ذَا الطَّوْلِ وَلْإِنْعَامِ لَا إِلهِ إِلاَّ أَنْتَ ظَهَرَ اللاَّجِيْنَ، وَجَارَ الْمُسْتَجِيْرِيْنَ، وَأَمَانَ الْخَائِفِيْنَ. اَللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ كَتَبْتَنِيْ عِنْدَكَ فِي أُمِّ الْكِتَابِ شَقِيًّا أَوْ مَحرُوْمًا أَوْ مَطْرُوْدًا أَوْ مُقْتَرًّا عَلَيَّ فِي الرِّزْقِ فَامْحُ اللَّهُمَّ بِفَضْلِكَ شَقَاوَتِي وَحِرْمَانِيْ وَطَرْدِيْ وَإِقْتَارَ رِزْقِـيْ، وَأَثْبِتْنِيْ عِنْدَكَ فِي أُمِّ الْكِتَابِ سَعِيْدًا مَرْزُوْقًا مُوَفَّقًا لِلْخَيْرَاتِ، فَإِنَّكَ قُلْتَ وَقَوْلُكَ الْحقُّ فِي كِتَابِكَ الْمُنَزَّلِ، عَلَى لِسَانِ نَبِيِّكَ الْمُرْسَلِ، يَمْحُوْ اللهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الْكِتَابِ، إِلِهيْ بِالتَّجَلِّي اْلأَعْظَمِ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ الْمُكَرَّمِ اَلَّتِي يُفرَقُ فِيْهَا كُلُّ أَمْرٍ حَكِيْمٍ وَيُبْرَمُ. أَسْأَلُكَ أَنْ تَكْشِفَ عَنَّا مِنَ الْبَلَاءِ مَا نَعْلمُ وَمَا لَا نَعْلَمُ، وَمَا أَنْتَ بِهِ أَعْلَمُ، إِنَكَ أَنْتَ الأَعَزُّ الْأَكْرَمُ، وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

3) اَللَّهُمَّ إِذْ أَطْلَعْتَ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ عَلَى خَلْقِكَ، فَعُدْ عَلَيْنَا بِمَنِّكَ وَعِتْقِكَ، وَقَدِّرْ لَنَا مِنْ فَضْلِكَ، وَوَسِّعْ رِزْقَكَ، وَاجْعَلْنَا مِمَّنْ يَقُوْمُ لَكَ فِيْهَا بِبَعْضِ حَقِّكَ. اَللَّهُمَّ مَنْ قَضَيْتَ فِيْهَا بِوَفَاتِهِ فَاقْضِ مَعَ ذَلِكَ رَحْمَتَكَ، وَمَنْ قَدَّرْتَ طُوْلَ حَيَاتِهِ فَاجْعَلْ مَعَ ذَلِكَ نِعْمَتَكَ، وَبَلِّغْنَا مَا لاَتَبْلُغُ اْلآمَالُ إِلَيْهِ يَا خَيْرَ مَنْ وَقَفَتِ اْلأَقْدَامُ بَيْنَ يَدَيْهِ يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ خَلْقِهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ (دعاء الشيخ عبد القادر الجيلاني)

4) اَللَّهُمَّ يَا ذَا الْمَنِّ وَلَا يُمَنُّ عَلَيْهِ يَا ذَا اْلجَلَالِ وَاْلِإكْرَامِ يَا ذَا الطَّوْلِ وَلْإِنْعَامِ لَا إِلهِ إِلاَّ أَنْتَ ظَهَرَ اللاَّجِيْنَ، وَجَارَ الْمُسْتَجِيْرِيْنَ، وَأَمَانَ الْخَائِفِيْنَ. اَللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ كَتَبْتَنِيْ عِنْدَكَ فِي أُمِّ الْكِتَابِ شَقِيًّا أَوْ مَحرُوْمًا أَوْ مَطْرُوْدًا أَوْ مُقْتَرًّا عَلَيَّ فِي الرِّزْقِ فَامْحُ اللَّهُمَّ بِفَضْلِكَ شَقَاوَتِي وَحِرْمَانِيْ وَطَرْدِيْ وَإِقْتَارَ رِزْقِـيْ، وَأَثْبِتْنِيْ عِنْدَكَ فِي أُمِّ الْكِتَابِ سَعِيْدًا مَرْزُوْقًا مُوَفَّقًا لِلْخَيْرَاتِ، فَإِنَّكَ قُلْتَ وَقَوْلُكَ الْحقُّ فِي كِتَابِكَ الْمُنَزَّلِ، عَلَى لِسَانِ نَبِيِّكَ الْمُرْسَلِ، يَمْحُوْ اللهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الْكِتَابِ، إِلِهيْ بِالتَّجَلِّي اْلأَعْظَمِ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ الْمُكَرَّمِ اَلَّتِي يُفرَقُ فِيْهَا كُلُّ أَمْرٍ حَكِيْمٍ وَيُبْرَمُ. أَسْأَلُكَ أَنْ تَكْشِفَ عَنَّا مِنَ الْبَلَاءِ مَا نَعْلمُ وَمَا لَا نَعْلَمُ، وَمَا أَنْتَ بِهِ أَعْلَمُ. اَللّهُمَّ اجْعَلْنِي مِنْ أَعْظَمِ عِبَادِكَ حَظًّا وَنَصِيْبًا فِي كُلِّ شَيْءٍ قَسَمْتَهُ فِي هذِهِ اللَّيْلَةِ مِنْ نُوْرٍ تَهْدِي بِهِ، أَوْ رَحْمَةٍ تَنْشُرُهَا، أَوْ رِزْقٍ تَبْسُطُهُ، أَوْ فَضْلٍ تَقْسِمُهُ عَلَى عِبَادِكَ الْمُؤْمِنِيْنَ، يَا اللهُ، يَا اللهُ، لَا إِلهَ إِلَّا أَنْتَ. اَللّهُمَّ هَبْ لِي قَلْبًا تَقِيًّا نَقِــيًّا، مِنَ الشِّرْكِ بَرِيًّا، لَا كَافِرًا وَلَا شَقِيًّا، وَقَلْبًا سَلِيْمًا خَاشِعًا ضَارِعًا. اَللّهُمَّ امْلَأْ قَلْبِي بِنُوْرِكَ وَأَنْوَارِ مُشَاهَدَتِكَ، وَجَمَالِكَ وَكَمَالِكَ وَمَحَبَّتِكَ، وَعِصْمَتِكَ وَقُدْرَتِكَ وَعِلْمِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

5) إِلَهِي تَعَرَّضَ إِلَيْكَ فِي هذِهِ اللَّيْلَةِ الْمُتَعَرِّضُوْنَ، وَقَصَدَكَ وَأَمَلَ مَعْرُوْفَكَ وَفَضْلَكَ الطَّالِبُوْنَ، وَرَغَبَ إِلَى جُوْدِكَ وَكَرَمِكَ الرَّاغِبُوْن،َ وَلَكَ فِي هذِهِ اللَّيْلَةِ نُفَحَاتٌ، وعَطَايَا وَجَوَائِزُ وَمَوَاهِبُ. إِلَهِي تَعَرَّضَ إِلَيْكَ فِي هذِهِ اللَّيْلَةِ الْمُتَعَرِّضُوْنَ، وَقَصَدَكَ وَأَمَلَ مَعْرُوْفَكَ وَفَضْلَكَ الطَّالِبُوْنَ، وَرَغَبَ إِلَى جُوْدِكَ وَكَرَمِكَ الرَّاغِبُوْن،َ وَلَكَ فِي هذِهِ اللَّيْلَةِ نُفَحَاتٌ، وعَطَايَا وَجَوَائِزُ وَمَوَاهِبُ وَهَبَّاتٌ، تَمُنُّ بِهَا عَلَى مَنْ تَشَاءُ مِنْ عِبَادِكَ وَتَخُصُّ بِهَا مَنْ أَحْبَبْتَهُ مِنْ خَلْقِكَ، وَتَمْــنَعُ وَتَحْرُمُ مَنْ لَمْ تَسْبِق لَهُ الْعِنَايَةُ مِنْكَ، فَأَسْأَلُكَ يَا اللهُ بِأَحَبِّ الأَسْمَاءِ إِلَيْكَ، وَأَكْرَمِ الأَنْبِيَاءِ عَلَيْكَ، أَنْ تَجْعَلَنِي مِمَّنْ سَبَقَتْ لَهُ مِنْكَ العِنَايَةُ، وَاجْعَلْنِي مِنْ أَوْفَرِ عِبَادِكَ وَاجْزُلْ خَلْقَكَ حَظًّا وَنَصِيْبًا وَقَسَمًا وَهِبَةً وَعَطِيَّةً فِي كُلِّ خَيْرٍ تَقْسِمُهُ فِي هذِهِ اللَّيْلَةِ أَوْ فِيْمَا بَعْدَهَا مِنْ نُوْرٍ تَهْدِي أَوْ رَحْمَةٍ تَنْشُرُهَا، أَوْ رِزْقٍ تَبْسُطُهُ أَوْ ضَرٍّ تَكْشِفُهُ أَوْ ذَنْبٍ تَغْفِرُهُ أَوْ شِدَّةٍ تَدْفَعُهَا أَوْ فِتْنَةٍ تَصْرِفُهَا أَوْ بَلَاءٍ تَرْفَعُهُ، أَوْ مُعَافَاةٍ تَمُنُّ بِهَا أَوْ عَدُوٍّ تَكْفِيْهِ فَاكْفِنِي كُلَّ شَرٍّ وَوَفِّقْنِي اَللّهُمَّ لِمَكَارِمِ الأَخْلَاقِ وَارْزُقْنِي العَافِيَةَ وَالبَرَكَةَ وَالسَّعَةَ فِي الأَرْزَاقِ وَسَلِّمْنِي مِنَ الرِّجْزِ وَالشِّرْكِ وَالنِّفَاقِ. اَللّهُمَّ إِنَّ لَكَ نَسَمَاتِ لَطَفٍ إِذَا هَبَّتْ عَلَى مَرِيْضِ غَفْلَةٍ شَفَتْهُ، وَإِنَّ لَكَ نُفَحَاتِ عَطَفٍ إِذَا تَوَجَّهَتْ إِلَى أَسِيْرِ هَوًى أَطْلَقَتْهُ، وَإِنَّ لَكَ عِنَايَاتِ إِذَا لَاحَظَتْ غَرِيْقًا فِي بَحْرِ ضَلَالَةٍ أَنْقَذَتْهُ، وَإِنَّ لَكَ سَعَادَاتِ إِذَا أَخَذَتْ بِيَدِ شَقِيٍّ أَسْعَدَتْهُ، وَإِنَّ لَكَ لَطَائِفَ كَرَمٍ إِذَا ضَاقَتِ الحِيْلَةُ لِمُذْنِبٍ وَسَعَتْهُ، وَإِنَّ لَكَ فَضَائِلَ وَنِعَمًا إِذَا تَحَوَّلَتْ إِلَى فَاسِدٍ أَصْلَحَتْهُ، وَإِنَّ لَكَ نَظَرَاتِ رَحْمَةٍ إِذَا نَظَرَتْ بِهَا إِلَى غَافِلٍ أَيْقَظَتْهُ، فَهَبْ لِيَ اللّهُمَّ مِنْ لُطْفِكَ الْخَفِيِّ نَسَمَةً تَشْفِي مَرْضَ غَفْلَتِي، وَانْفَحْنِي مِنْ عَطْفِكَ الوَفِي نَفْحَةً طَيِّبَةً تُطْلِقُ بِهَا أَسِرِي مِنْ وَثَاقِ شَهْوَتِيْ، وَالْحَظْنِي وَاحْفَظْنِي بِعَيْنِ عِنَايَتِكَ مُلَاحَظَةً تُنْقِذُنِي بِهَا وَتُنْجِيْنِي بِهَا مِنْ بَحْرِ الضَّلاَلَةِ, وَآتِنِي مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، تُبَدِّلُنِي بِهَا سَعَادَةً مِنْ شَقَاوَةٍ وَاسْمَعْ دُعَائِي، وَعَجِّلْ إِجَابَتِي، وَاقْضِ حَاجَتِي وَعَافِنِي، وَهَبْ لِي مِنْ كَرَمِكَ وَجُوْدِكَ الْوَاسِعِ مَا تَرْزُقُنِي بِهِ الْإِنَابَةَ إِلَيْكَ مَعَ صِدْقِ اللُّجَاءِ وَقَبُوْلِ الدُّعَاِء، وَأَهِّلْنِي لِقَرْعِ بَابِكَ لِلدُّعَاءِ يَا جَوَّادُ، حَتَّى يَتَّصِلَ قَلْبِي بِمَا عِنْدَكَ، وَتُبَلِّغَنِي بِهَا إِلَى قَصْدِكَ يَا خَيْرَ مَقْصُوْدٍ، وَأَكْرَمَ مَعْبُوْدٍ اِبْتِهَالِي وَتَضَرُّعِي فِي طَلَبِ مَعُوْنَتِكَ وَأَتَّخِذُكَ يَا إِلهِيْ مَفْزَعًا وَمَلْجَأً أَرْفَعُ إِلَيْكَ حَاجَتِي وَمَطَالِبِي وَشَكَوَايَ، وَأُبْدِي إِلَيْكَ ضَرِّي، وَأُفَوِّضُ إِلَيْكَ أَمْرِي وَمُنَاجَاتِي، وَأَعْتَمِدُ عَلَيْكَ فِي جَمِيْعِ أُمُوْرِي وَحَالَاتِي. اَللَّهُمَّ إِنِّي وَهذِهِ اللَّيْلَةَ خَلْقٌ مِنْ خَلْقِكَ فَلَا تَبْلُنِي فِيْهَا وَلَا بَعْدَهَا بِسُوْءٍ وَلَا مَكْرُوْهٍ، وَلَا تُقَدِّرْ عَلَيَّ فِيْهَا مَعْصِيَّةً وَلَا زِلَّةً، وَلَا تُثْبِتْ عَلَيَّ فِيْهَا ذَنْبًا، وَلَا تَبْلُنِي فِيْهَا إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ، وَلَا تُزَيِّنْ لِي جَرَاءَةً عَلَى مَحَارِمِكَ وَلَا رُكُوْنًا إِلَى مَعْصِيَتِكَ، وَلَا مَيْلاً إِلَى مُخَالَفَتِكَ، وَلَا تَرْكًا لِطَاعَتِكَ، وَلَا اسْتِخْفَافًا بِحَقِّكَ، وَلَا شَكًّا فِي رِزْقِكَ، فَأَسْأَلُكَ اَللّهُمَّ نَظْرَةً مِنْ نَظَرَاتِكَ وَرَحْمَةً مِنْ رَحْمَاتِكَ، وَعَطِيَّةً مِنْ عَطِيَّاتِكَ اللَّطِيْفَةِ، وَارْزُقْنِي مِنْ فَضْلِكَ، وَاكْفِنِي شَرَّ خَلْقِكَ، وَاحْفَظْ عَلَيَّ دِيْنَ الْإِسْلَامِ، وَانْظُرْ إِلَيْنَا بِعَيْنِكَ الَّتِي لَا تَنَامُ، وَآتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. إِلهِيْ بِالتَّجَلِّي الأَعْظَمِ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ الشَّهْرِ الأَكْرَمِ، الَّتِي يُفْرَقُ فِيْهَا كُلُّ أَمْرٍ حَكِيْمٍ وَيُبْرَمُ، اِكْشِفْ عَنَّا مِنَ الْبَلَاءِ مَا نَعْلَمُ وَمَا لَا نَعْلَمُ، وَاغْفِرْ لَنَا مَا أَنْتَ بِهِ أَعْلَمُ. للّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا تَعْلَمُ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا تَعْلَمُ، وَأَسْتَغْفِرُ مِنْ كُلِّ مَا تَعْلَمُ، إِنَّكَ أَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوْبِ. اَللّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَاَ تَعْلَمُ وَمَا لَا أَعْلَمُ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا أَعْلَمُ وَمَا لَا أَعْلَمُ. اَللّهُمَّ إِنَّ الْعِلْمَ عِنْدَكَ وَهُوَ عَنَّا مَحْجُوْبٌ، وَلَا نَعْلَمُ أَمْرًا نَخْتَارُهُ لِأَنْفُسِنَا، وَقَدْ فَوَّضْنَا إِلَيْكَ أُمُوْرَنَا، وَرَفَعْنَا إِلَيْكَ حَاجاَتِنَا وَرَجَوْنَاكَ لِفَاقَاتِنَا وَفَقْرِنَا، فَاَرْشِدْنَا يَا اللهُ، وَثَبِّتْنَا وَوَفِّقْنَا إِلَى أَحَبِّ الْأُمُوْرِ إِلَيْكَ وَأَحْمَدِهَا لَدَيْكَ، فَإِنَّكَ تَحْكُمُ بِمَا تَشَاءُ وَتَفْعَلُ مَا تُرِيْدُ، وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظَيْم. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ  وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

*4. Membaca Kalimat Tahlil*

Sebagian ulama menyebutkan, barangsiapa membaca zikir tersebut sebanyak kandungan hurufnya yaitu 2375, niscaya ia akan aman dari marabahaya pada tahun tersebut. Kalimat tahlil tersebut adalah sebagai berikut:

لَا إِلهَ إَلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ

*5. Membaca Surat Dukhon*

Imam al-Saraji menyebutkan bahwa barangsiapa membaca awal surat al-Dukhan hingga ayat ke-8 dari awal bulan Sya’ban hingga 15 Sya’ban sebanyak 30x, kemudian ia berzikir dan bershalawat kepada Nabi SAW dan berdoa dengan apa yang ia kehendaki, niscaya doanya akan dikabulkan dengan segera. Dengan pengertian lain membaca Surat Dhukhan ayat 1-8 (sampe ayat الأولين) pada malam ke pertama sampe malam ke 15 sebanyak 15 kali atau 30 kali.

قال الشرجي رحمه الله تعالى : “من قرأ أول سورة الدخان إلى قوله تعالى “الأولين” في أول ليلة من شعبان خمسة عشر مرة إلى ليلة الخامس عشر أو يقرأها ثلاثين مرة ثم يذكر الله تعالي ويصلى على النبي صلى الله عليه وسلم ويدعو بما احب فإنه يرى تعجيل الإجابة فيها ان شاء الله تعالى

*6. Memperbanyak shalawat*

Kemudian keistimewaan bulan sya’ban yang lain yaitu bulan dimana ayat tentang shalawat diturunkan, yaitu firman Allah:

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Artinya: “sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersholawat kepada Nabi, wahai orang-orang yang beriman bersholawatlah kalian atas Nabi dan sampaikanlah salam penghormatan kepada-Nya” (al-ahzab:56)

Ibnu Abi al-Shoif al-Yamani mengatakan bahwa “sesungguhnya bulan sya’ban merupakan bulan shalawat atas Nabi karena ayat ‘innallaha wa malaaikatahuu yusholluuna alannabi, yaa ayyuhalladziina aamanuu sholluu alaihi wa sallimuu tasliimaa’ itu turun di bulan sya’ban.”

Imam Syihab ad-Din al-Qasthalani menukil ucapan sebagian ulama di dalam kitab al-Mawahib bahwasanya ayat 56 surat Al-ahzab tersebut turun di bulan sya’ban. Umat islam sudah seharusnya memperbanyak shalawat apalagi di bulan yang memiliki kesan tersendiri mengenai shalawat dan penuh berkah ini.

Dalam sebuah hadist juga disebutkan bahwa bulan Rajab itu bulan istighfar, sya’ban bulan sholawat kepada Nabi Muhammad dan Romadlan adalah bulan untuk membaca Al-Qur’an

قال العلماء: رجب شهر الاستغفار وشعبان شهر الصلاة على النبي المختار صلى الله عليه وسلم ورمضان شهر القرآن.

Imam Izzuddin ibn Abd as-Salam rahimahullah mengatakan bahwa shalawat bukanlah syafa’at dari kita untuk Rasul, karena orang seperti kita tidak bisa memberikan syafa’at kepada orang seperti Rasul, akan tetapi Allah memerintahkan kita untuk membalas kebaikan orang yang memberikan nikmat dan kebaikan kepada kita, sehingga jika kita tidak mampu membalas kebaikan Nabi, maka Allah memerintahkan supaya mencintainya, dan bershalawat atasnya, mudah-mudahan dengan shalawat kita atas Nabi dapat membalas kebaikan Nabi yang telah berbuat baik dan mengutamakan kita, dan tidak ada kebaikan yang lebih utama daripada kebaikan Nabi. Nabi bersabda: “barang siapa yang bershalawat terhadapku dengan satu shalawat maka Allah akan ‘bershalawat’ kepadanya dengan sepuluh shalawat”. Shalawat Allah terhadap kita yaitu limpahan rahmat-Nya dan berlipat gandanya pahala yang Allah berikan.

*7. Salat Sunah Di Malam Nishfu Sya’ban*

Melaksanakan salat sunah secara mutlak dijelaskan dalam hadis:

قوله صلى الله عليه وسلم: “الصلاة خير موضوع، فمن شاء استكثر ومن شاء استقل” قال الحافظ في الفتح” 479/2: صححه ابن حبان

Sabda Nabi : “Salat adalah sebaik-baik syariat, siapa yang ingin memperbanyak maka perbanyaklah, dan siapa yang ingin melakukan sedikit maka lakukanlah” (Al-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan bahwa hadis ini dinilai sahih oleh Ibnu Hibban. Fath Al-Bari 2/479)

Hadis inilah yang dijadikan dalil oleh Mufti Mesir dalam melaksanakan salat sunah mutlak, namun harus menjaga betul dengan niat salat tersebut agar tidak diniati dengan niat salat yang tidak ada tuntunannya:

Adakah rangkaian tertentu dalam mengamalkan amalan di malam Nishfu Sya’ban? Apakah salah sunah dengan niat panjang umur atau luas rezekinya juga disyariatkan? Sesungguhnya salat dengan niat mendekatkan diri kepada Allahltidaklah dilarang. Sebab salat adalah sebaik-baik syariat (Al-hadis). Dan menurut sebagian ulama fikih memang dianjurkan salat sunah antara Maghrib dan Isya’, demikian halnya setelah Isya’ dan salat malam. Adapun salat sunah dengan niat panjang umur dan lainnya, tidak ada dalil yang dapat diterima atau yang dinilai baik. Maka hendakanya diniatkan salat sunah mutlak”

Senada dengan Mufti Al-Azhar, Sayid Muhammad bin Alawi Al-Maliki juga mencantumkan hadis bahwa Nabi melakukan salat sunah di malam Nishfu Sya’ban:

عن العلاء بن الحارث أن عائشة قالت : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم من الليل فصلى فأطال السجود حتى ظننت أنه قد قبض، فلما رأيت ذلك قمت حتى حركت إبهامه فتحرك فرجع، فلما رفع رأسه من السجود وفرغ من صلاته قال : يا عائشة أو يا حميراء أظننت أن النبي صلى الله عليه وسلم قد خاس بك. قلت لا والله يا رسول الله ولكنى ظننت أن قبضت طول سجودك، قال: أتدري أي ليلة هذه؟ قلت: الله ورسوله أعلم، قال: هذه ليلة النصف من شعبان إن الله عز وجل يطلع على عبادع في ليلة النصف من شعبان فيغفر للمستغفرين ويرحم المسترحمين ويؤخر أهل الحقد كما هم، رواه البيهقي. وقال هذا مرسل جيد ويحتمل أن يكون العلاء أخذه من مكحول (ذكريات ومناسبات لسيد محمد بن علوى الملكى ص. 155-156).

“Dari ‘Ala’ bin Harits bahwa Aisyah berkata: “Rasulullah bangun di tengan malam kemudian beliau salat, kemudian sujud sangat lama, sampai saya menyangka bahwa beliau wafat. Setelah itu saya bangun dan saya gerakkan kaki Nabi dan ternyata masih bergerak. Kemudian Rasul bangkit dari sujudnya setelah selesai melakukan shalatnya, Nabi berkata “Wahai Aisyah, apakah kamu mengira Aku berkhianat padamu?”, saya berkata “Demi Allah, tidak, wahai Rasul, saya mengira engkau telah tiada karena sujud terlalu lama.” Rasul bersabda “Tahukauh kamu malam apa sekang ini?” Saya menjawab “Allah dan Rasulnya yang tahu”. Rasulullah bersabda “ini adalah malam Nishfu Sya’ban, sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla memperhatikan hambahamba-Nya pada malam Nishfu Sya’ban, Allah lakan mengampuni orang-orang yang meminta ampunan, mengasihi orang-orang yang meminta dikasihani, dan Allah ltidak akan memprioritaskan orangorang yang pendendam”. (HR Al Baihaqi fi Syuab Al Iman no 3675, menurutnya hadits ini Mursal yang baik)

Adapun Kaifiyyyah solat sunnah pada malam nisyfu sya’ban dalam majmu’ syarif hal. 93-96 sebagai berikut:

· Sholat Sunnah 2 rekaat dengan niat sholat muthlak
· Rekaat pertama setelah fatihah membaca surat al-kafirun (قل يأيها الكافرون…)
· Rekaat kedua, setelah fatihah membaca surat al-ikhlas (قل هو الله أحد…)
· Dalam setiap sujud membaca doa:
اللهم إني أعوذ بعفوك من عقابك، وأعوذ برضاك من سخطك، وأعوذ بك منك إليك، لا أحصى ثناء عليك أنت كما أثنيت على نفسك.

Setelah itu baru membaca yasin 3 kali dan doa seperti yang sudah penulis tulis di atas.

*****Semoga Bermanfaat*****
Ingat hadist ini
*بلغوا عني ولو أية*

Sampaikanlah dariku walau hanya 1 ayat
Monggo dishare….!!!
By: cah Quedoes

KOMENTAR SEDULUR ISK :

No More Posts Available.

No more pages to load.