Ruang Kelas Untuk Tampung Pengungsi Banjir, Siswa SD 1 Payaman Pilih Belajar di Musala

oleh -1,003 kali dibaca
Kepala Sekolah SD 1 Payaman, Sutopo saat memberikan arahan kepada siswanya yang melaksanakan ||KB||M di |M|usala sekolah, akibat ruang kelas digunakan untuk menampung prngungsi korban banjir di Kudus. (foto: YM)

Kudus, isknews.com – Sebagai kawasan yang dianggap aman dan tidak terendam banjir di wilayah desanya, sejumlah ruang kelas SD di sejumlah wilayah banjir dimanfaatkan untuk menampung para pengungsi korban banjir. Hal ini dilakukan atas nama kemanusiaan dan lokasinya yang tak jauh dari tempat kediaman mereka yang terpaksa harus ditinggal akibat Musibah banjir yang melanda beberapa wilayah di Kabupaten Kudus.

Bencana banjir yang melanda di 21 desa yang ada di Kabupaten Kudus, salah satu lokasi terjadinya banjir yakni di Desa Payaman, Kecamatan Mejobo. Hal ini pun membuat sejumlah warga yang terdampak banjir untuk mengungsi di lokasi yang lebih aman. SD 1 Payaman menjadi salah satu tempat pengungsian bagi sejumlah warga Desa Payaman yang terdampak banjir.

Diketahui, berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kudus, ada 1127 warga Desa Payaman yang terdampak banjir. Sebanyak 27 warga dari 12 Kartu Keluarga (KK) yang berasal dari Dukuh Karanganyar, Desa Payaman pun memutuskan mengungsi ke SD 1 Payaman.

Sejumlah pengungsi warga desa Payaman yang ditampung diruang-ruang kelas SD Payaman 1 Kudus (Foto: YM)

Meski menjadi tempat pengungsian bagi korban banjir, kegiatan belajar mengajar (KBM) di SD 1 Payaman rupanya tetap berjalan normal. Siswa di sekolah tersebut tetap masuk dan melakukan KBM seperti biasa.

“Sejauh ini, meski jadi tempat pengungsian tapi tidak mengganggu KBM. Jam pelajaran masih sama, tidak ada pengurangan jam pelajaran,” kata Kepala Sekolah SD 1 Payaman, Sutopo, Senin (02/01/2023).

Ia menerangkan, tempat yang digunakan untuk istirahat bagi para pengungsi yakni di ruang kelas 6 dan 5. Sedangkan untuk KBM bagi siswa kelas 6 dan 5 sementara dialihkan ke Laboratorium Bahasa dan Musala sekolah.

“Untuk KBM siswa kelas 6 kami alihkan di Laboratorium Bahasa, lalu untuk kelas 5 kami alihkan ke Musala Sekolah. Ruang kelas digunakan untuk para pengungsi karena lebih luas,” ujarnya.

Total siswa di SD 1 Payaman sendiri ada 140 anak. Sutopo menyebut, meski jadi tempat pengungsian, tidak ada siswa maupun orang tua yang protes atau merasa terganggu.

“Kami sudah ijin Koordinator Wilayah (Korwil) Kecamatan Mejobo kalau sekolah mau dijadikan tempat pengungsian. Tidak ada yang protes karena memang untuk keadaan darurat dan kemanusiaan,” ungkapnya.

Sementara itu, salah satu warga yang mengungsi di SD 1 Payaman, Eko Murwati (44) mengaku sudah sampai di tempat pengungsian ini sejak Minggu (1/1) pukul 13.00 WIB. Ia sendiri merupakan warga RT 2 RW 6 Dukuh Karanganyar, Desa Payaman, Kecamatan Mejobo.

Dirinya mengaku memilih mengungsi karena kondisi air banjir di rumahnya yang semakin naik. Selain itu, dirinya juga memiliki dua orang balita dan satu lansia.

“Kemarin (1/1) air meluap terus makin tinggi, jadi memutuskan untuk mengungsi saja. Ketinggian air kalau di luar rumah sudah setinggi pinggang, sedangkan di dalam rumah sudah setinggi lutut orang dewasa,” bebernya.

Terkait kebutuhan air bersih dan makanan di tempat pengungsian dirinya mengaku sudah tercukupi. Apalagi, kata dia, sudah banyak bantuan dari berbagai pihak.

“Alhamdulillah kondisi air bersih dan makanan aman, sudah tercukupi semua saat disini. Semoga banjir bisa cepat surut,” katanya. (YM/YM)

KOMENTAR SEDULUR ISK :

No More Posts Available.

No more pages to load.